
Umpanbalik.id – Berkarir profesional di dunia hiburan tak menjadikan atlet esport lolos begitu saja terhadap tekanan fisik dan mental. Sama seperti atlet pada umumnya, mentalitas kuat juga harus dimiliki oleh atlet esport. Di tengah gemerlapnya kompetisi besar, seorang atlet esport duduk di kursi yang menopang banyak beban.
Permainan video game telah berkembang sangat kompetitif di masyarakat. Penggemarnya juga memiliki kefanatikan terhadap idola yang didukungnya. Namun untuk menjadi populer, mendapat reputasi baik, dan meraih hadiah jutaan harus dibalut dengan mental yang luar biasa. Begitu gemerlap dan hura huranya di permukaan, nyatanya terdapat lingkaran gelap di balik itu semua.
Tingkat stress atlet esport memang terbilang tinggi. Mereka harus menguatkan diri sendiri, melawan tim yang tangguh, dan memenuhi ekspektasi audiens terhadap kompetisi. Kebanyakan orang mengira bahwa atlet esport telah memiliki mentalitas yang kuat. Tetapi mentalitas itu sendiri berbeda-beda dimiliki oleh setiap orang.
Dilihat dari sudut pandang psikologi, Hybrid menemui Yohanes Parolan S.Psi, seorang psikolog yang terkenal di bidang esports. Kekuatan mental jadi salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh atlet itu sendiri maupun timnya. Kehadiran pelatih mental atau psikolog di sisi atlet sangat dibutuhkan untuk membantu atlet menghadapi sebuah tekanan mental.
“Seperti fisik, kekuatan mental juga butuh istirahat agar bisa kembali prima. Jadi secara umum mental juga dapat mengalami kelelahan atau disebut juga sebagai Mental Fatigue. Keadaan mental fatigue bisa terjadi pada atlet jika mereka mengalami tekanan yang sangat tinggi, namun kekuatan serta stamina mental mereka sudah tak sanggup menahan segala hal tersebut,” ucap Yohanes Parolan.
Mengutip dari artikel yang ditulis Noma Nazish di Forbes, mental fatigue adalah kondisi yang dipicu oleh aktivitas kognitif yang berkepanjangan. Pada dasarnya, ini membuat otak bekerja terlalu keras, kelelahan, menghambat produktivitas, dan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Mental fatigue atau kelelahan secara mental ini harus dipandang serius sama seperti ketika menangani cedera fisik. Pada artikel berjudul ‘Why Mental Fatigue in Athletes Matters as Physical Injury’ menjelaskan setiap atlet yang berkinerja tinggi memiliki tantangan mental yang luar biasa. Begitu juga dengan para pelatih dan official yang mendampingi.
Beberapa indikator utama yang dapat menandai bahwa seorang atlet mengalami mental fatigue adalah sering melakukan kesalahan, susah untuk menentukan fokus, overthinking yang menyebabkan ketakutan, kehilangan kesenangan, dan selalu berpikir negatif tentang hasil di masa depan atau sudah terbayang dengan kegagalan.
Dilansir dari ScienceDaily, penelitian yang dilakukan University of Chichester meneliti tantangan psikologis yang dihadapi atlet esport profesional. Hasilnya, peneliti menemukan 51 faktor stres yang berbeda di tiap atlet. Hal itu termasuk masalah komunikasi dan kekhawatiran ketika harus bersaing di depan penonton secara langsung.
Kemudian para peneliti juga merekomendasikan agar atlet esport diberikan pelatihan psikologis untuk membantu atlet agar bisa mempersiapkan diri menghadapi tekanan bersaing di tingkat elit.
Dilansir dari Hybrid, stasiun berita CBS merilis sebuah video dokumenter yang menyajikan perjuangan atlet esport, yaitu Doublelift, atlet League of Legends, SPACE, atlet di tim Overwatch Los Angeles Valiant, dan Thresh, seorang gamer profesional pertama yang tercatat di Guinness World Record.

SPACE sempat mengalami masalah kesehatan fisik dan mental selama ia berkarir di dunia esport. Karena ia harus bermain dalam waktu yang lama, ia mengalami cedera pada tangan dan punggung. Bahkan ia juga terkena sindrom carpal tunnel di usianya yang baru 18 tahun.
Karena banyak tuntutan profesi, tentunya hal ini dapat menyebabkan mental fatigue. SPACE mengalami stress dan burnout yang membuatnya kehilangan motivasi bermain dan kesulitan untuk tidur. Hal itu disebabkan oleh banyaknya harapan yang ditetapkan pada dirinya ketika harus mewakili kota atau negara.
Masa Depan E-sport
Saat ini perkembang esport telah berkembang pesat dengan sangat luar biasa. Bahkan sudah diadakan berbagai macam kompetisi besar di dalam atau luar negeri. Bukan tidak mungkin, esport akan hadir di sebuah olimpiade dalam beberapa tahun kedepan. Di Indonesia sendiri, pada bulan Oktober, akan diadakan kompetisi terbesar yaitu Piala Presiden Esport 2021 untuk menjaring bintang-bintang esport baru dari seluruh Indonesia.
Dengan adanya hal tersebut, maka kesehatan fisik dan atlet sangat penting untuk diperhatikan. Perlu adanya dokter atau kru medis yang bertugas untuk memantau kondisi tiap anggota. Seperti yang dimiliki oleh tim esports Los Angeles Valiant, yang melibatkan psikolog untuk para pemainnya. Dan hal itu juga diterapkan oleh tim esport Indonesia terbesar, yaitu EVOS, yang mulai tahun 2019 telah memiliki psikolog untuk para timnya.
0 Komentar