
Sumber: Alexandre Loureiro/Getty Images. Chris Clarke dan Libby Clegg, Pasangan Atlet Lari-Guide Runner.
Umpanbalik.id – Bertanding di kompetisi besar tidak menjadi mustahil untuk para atlet lari tunanetra. Lintasan lari yang sangat besar, tidak lagi menjadi gelap yang harus diraba. Garis finish telah siap menyambut kedatangan atlet lari itu, bersama dengan seseorang yang selalu memegang tangannya. Guide runner. Seorang pendamping para atlet lari tunanetra.
Mungkin bagi orang awam yang belum terbiasa dengan para atlet difabel, tidak mengetahui tentang adanya guide runner untuk para pelari tunanetra. Pada ajang olahraga besar seperti Paralimpik, lintasan lari tidak hanya diisi oleh para atlet. Namun, terdapat juga guide runner yang bertugas untuk mengarahkan para atlet lari berkompetisi menuju prestasi.
Selain menggunakan kostum olahraga layaknya atlet lainnya, terdapat penutup mata berwarna hitam yang juga menghiasi wajah para atlet tunanetra. Di salah satu pergelangan tangannya, sebuah gelang pengikat dengan warna serupa juga terikat erat dengan tangan guide runner.
Tugas seorang guide runner tidaklah main-main. Pelari dan pemandunya harus bekerja dengan sinergis di atas lintasan lari. Guide runner menjadi ‘mata’ untuk membacakan situasi sekitar kepada atlet yang berjuang di sampingnya. Mulai dari memberi tahu seberapa jauh mereka telah berlari, memberi tahu apakah harus segera belok dalam jarak beberapa meter, sampai memberi tahu posisi atlet dibanding dengan lawannya.
Ibaratnya, antara pelari dan guide runner harus menjadi cermin satu sama lain dan bekerjasama semaksimal mungkin untuk menciptakan harmoni di atas lintasan.
Di Indonesia sendiri, kisah Ahmad Azlan, seorang pemandu atlet lari cukup santer dibicarakan pada tahun 2018. Ia lebih memilih menjadi guide runner dibandingkan jadi atlet lari biasa. Azlan memulai debutnya di Asean Paragames Myanmar.
Kepada Kumparan, Azlan mengatakan contoh instruksi yang harus diberikan kepada atlet lari, “Misalkan lari 200m kan banyak tikungan, ada tikungannya. Kita cuma mengarahkan, nanti agak belok ya. Nanti bagaimana saat tikung, bagaimana saat lari lurus kita juga harus mengarahkan. Misalkan habis tikungan, lurus-lurus tinggal 50 meter tinggal 30 meter. Jadi kita nggak cuma harus nyamain langkah harus selaras tapi harus fokus di lintasan juga.”
Hal yang paling krusial juga harus diperhatikan ketika mendekati garis finish. Ketika berada di atas garis lintasan, guide runner tidak boleh melepaskan tali yang saling mengikat di tangan sampai garis finish. Para guide runner pun dilarang keras untuk menyentuh garis finish mendahului atlet. Jika hal tersebut dilanggar, maka atlet akan langsung di diskualifikasi.
Namun, tidak semua atlet tunanetra didampingi oleh guide runner, hanya mereka yang masuk dalam klasifikasi T11 yang harus ditemani oleh guide runner. Dilansir dari Popsugar, berlari dengan seorang guide runner mungkin terkesan sederhana ketika harus menyelaraskan gerakan satu sama lain. Lebih dari itu, seorang pelari harus mempunyai chemistry yang dalam kepada guide runner-nya. Seorang pelari harus menemukan seseorang yang dapat cocok diajak berkomunikasi, selaras dalam kecepatan, konsistensi, dan yang terpenting harus saling support satu sama lain.

Sumber: Getty Images. David Brown dan Jeromy Avery di IPC World Para Athletics Championships Dubai 2019.
Salah satu atlet lari tunanetra tercepat di dunia, David Brown telah membuat namanya sangat populer bersama Jerome Avery, seorang guide runner-nya. Dilansir dari The Guardian, David Brown mampu melaju ke Paralimpiade Tokyo 2020 setelah bertahan menjadi pemegang rekor dunia yang berlari 100 m dalam waktu kurang dari 11 detik.
“Ketika berlari di atas lintasan, yang perlu dilakukan oleh kami adalah agar terlihat berlari seperti satu orang saja,” kata Jerome Avery di Youtube Paralympic Games. Brown dan Avery telah memenangkan emas saat Olimpiade Rio lalu. Chemistry mereka bukan hanya ada saat berada di atas lintasan, namun di luar itu, ternyata mereka adalah sahabat yang telah melalui berbagai macam pengalaman bersama.
Di tengah berlari, Avery, sebagai seorang guide runner harus memberi tanda tertentu, misalnya, “10 meter. 20 meter.” sehingga atlet akan mengetahui berapa meter lagi menuju garis finish. “Berlari dengan Jerome Avery tidak membuat saya khawatir sama sekali, yang harus saya lakukan adalah fokus untuk mendengarnya,” kata Brown dikutip dari The Guardian.
4 Komentar
wilda · Jumat, September 10th, 2021 pada 14:06:48
Baru tau ada begini di olahraga. Keren artikelnya.
Sahwahita · Sabtu, Oktober 9th, 2021 pada 11:58:05
terima kasih sobat sport, masih banyak lo artikrel kita yang menarik dan Sobat sport bisa cek artikel kita yang lainnya
Sahwahita · Sabtu, Oktober 9th, 2021 pada 12:02:42
Terima Kasih sobat sport, masih banyak lagi lo artikel kita yang menarik dan sobat sport bisa cek artikel kita yang lainnya.
Risca Nabella · Senin, September 13th, 2021 pada 19:43:07
Info begini sangat memotivasi untuk orang2 yah